Jumat, 13 Juli 2018

Tugas 3 Softskill


TUGAS SOFTKILL
(PERAWATAN PREVENTIF)
      



                                                         

Disusun oleh :

  
                              Nama          : Riski Tri Saputra
                              Kelas           : 3IC08
                          Npm            : 26415068





                                               
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI   
                                           2018          
                             
1. Pengertian Perawatan Definisi Tujuan Bersifat Preventif Korektif

Menurut Vincent Gasper , perawatan preventif merupakan suatu kegiatan yang diarahkan pada tujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem produksi sehingga dari sistem produksi sehingga dari sistem itu dapat diharapkan menghasilkan out put sesuai dengan yang dikehendaki . Sistem perawatan dapat dipandang sebagai bayangan dari sistem produksi , dimana apabila sistem produksi beroperasi dengan kapasitas yang sangat tinggi maka akan lebih intensif .
Perawatan juga dapat didefinisikan sebagai , suatu aktivitas untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan .

Pada dasarnya terdapat dua prinsip utama dalam sistem perawatan yaitu :
  1. Menekan ( memperpendek ) periode kerusakan ( break down period ) sampai batas minimum dengan mempertimbangkan aspek ekonomis .
  2. Menghindari kerusakan ( break down ) tidak terencana , kerusakan tiba – tiba . 
Perawatan preventif ini sangat penting karena kegunaannya yang sangat efektif didalam fasilitas – fasilitas produksi yang termasuk dalam golongan “ critical unit “ sedangkan ciri – ciri dari fasilitas produksi yang termasuk dalam critical unit ialah kerusakan fasilitas atau peralatan tersebut akan :
  • Membahayakan kesehatan atau keselamatan para pekerja
  • Mempengaruai kualitas produksi yang dihasilkan
  • Menyebabkan kemacetan seluruh proses produksi
  • Harga dari fasilitas tersebut cukup besar dan mahal

Dalam prakteknya perawatan preventif yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat dibedakan lagi sebagai berikut :
  • Perawatan rutin , yaitu aktivitas pemeliharaan dan perawataan yang dilakukan secara rutin ( setiap hari ) . Misalnya pembersihan peralatan pelumasan oli , pengecekan isi bahan bakar , dan lain sebagainya .
  • Perawatan periodic , yaitu aktivitas pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara periodic atau dalam jangka waktu tertentu , misalnya setiap 100 jam kerja mesin , lalu meningkat setiap500 jam sekali , dan seterusnya . Misalnya pembongkaran silinder , penyetelan katup – katup , pemasukan dan pembuangan silindermesin dan sebagainya . 
Dalam perawatan preventif akan menguntungkan atau tidak tergantung pada :
  • Distribusi dari kerusakan pada penjadwalan dan pelaksanaan perawatan preventif harus memperlihatkan jenis distribusi dari kerusakan yang ada , karena dengan mengetahui jenis distribusi kerusakan dapat disusun suatu rencana perawatan yang benar – benar tepat sesuai dengan latar belakang mesin tersebut .
  • Hubungan antara waktu perawatan prerventif terhadap waktu , perbaikan , hendaknya diantara kedua waktu ini diadakan keseimbangan dan diusahakan dapat dicapai titik maksimal . jika ternyata jumlah waktu untuk perawatan preventif lebih lama dari waktu menyelesaikan kerusakan tiba – tiba , maka tidak ada manfaatnya yang nyata untuk mengadakan perawatan preventif , lebih baik ditunggu saja sampai terjadi kerusakan . 
Walaupun masih ada suatu factor lain yang perlu diperhatikan yaitu apabila ternyata jumlah kerugian akibat rusaknya mesin cukup besar yang meliputi bianya – biaya :
  1. Buruh menganggur
  2. produksi terhenti
  3. biaya penggantian spare part
  4. Kekecewaan konsumen 
maka walaupun waktu untuk menyelesaikan perawatan preventif sama dengan waktu untuk menyelesaikan kerusakan , perawatan preventif masih dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan .

2. Laporan Analisis Kerusakan Pada Suatu Mesin

 I. Pendahuluan
            Pada hari minggu, 25 Juli 2010 pukul 23.11 wita timbul suara seperti benturan dari dalam casing Impeller disertai kenaikan vibrasi mencapai 7,5 mm/s pada 010 – C02 Air Combustion Blower. Tetapi jika suara tersebut hilang ada kalanya nilai vibrasinya turun menjadi 3 mm/s. Setelah dimonitor selama 2 hari akhirnya pada hari selasa pukul 8.30 wita, dengan vibrasi yang termonitor sudah mencapai 8,1 mm/s dan pada akhirnya diputuskan untuk shut down.

II. Tahap Kenaikan Vibrasi
Untuk mengetahui kecenderungan kenaikan vibrasi pada air combustion fan diperlukan beberapa data pembanding, data tersebut dibandingkan dari vibrasi pada saat setelah perbaikan impeller ketika shut down bulan Januari 2010 sampai shut down terakhir tanggal 27 Juli 2010. Pada grafik dibawah menunjukkan perkembangan kenaikan frekuensi spectrum dari vibrasi dan memunculkannya indikasi kerusakan yang terjadi di plummer block pada posisi outboard horizontal karena pada posisi ini nilai vibrasi lebih dominan.
                 Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwAIwDt0u5ocWMesBoPVbg7N-6dMQbhHELQrP-Im7k8AgfYU03lJh3EnstY2jKko_6SfJRXu4ANNRgGpfvbktWHf4fHyOTzikd8Y7m3D_DBp0QZozGej0KO_GgoNaa3k6QW2o2jCdyVb8/s400/1.png
                             Grafik 1. Trend vibrasi dari 11 Januari – 27 Juli 2010

Pada grafik pada tanggal 11 Januari 2010 menunjukkan spectrum vibrasi pada posisi Fan Outboard Horizontal setelah shut down pada bulan Januari akibat crack pada impeller. Frekuensi spectrum yang muncul berupa 1x dengan nilai overall 1,8 mm/s. Suatu ketika pada tanggal 22 Juli 2010 spectrum vibrasi menunjukkan kenaikan nilai overall dari 1,8 mm/s menjadi 3,65 mm/s pada frekuensi 1x, 2x, dan 3x yang berlangsung ketika start up setelah shutdown syngas compressor.
Tidak lama setelah itu, pada tanggal 25 Juli 2010 nilai vibrasi mengalami kenaikan dari nilai overall 3,65 mm/s menjadi 7.71 mm/s domiman spectrum vibrasi pada 1x, 2x, 3x, 4x, 5x, 6x (looseness) dan diiringi dengan munculnya suara gaduh seperti gesekan antara metal dengan metal. Akan tetapi munculnya suara gaduh tersebut tidak terjadi secara kontinyu, ada kalanya muncul dan ada kalanya menghilang. Jika suaranya muncul nilai vibrasi juga ikut naik, dan jika suara tersebut menghilang nilai vibrasi menjadi turun seperti semula. Berdasarkan kejadian tersebut, maka dilakukan monitoring secara berkala dan hasil pengamatan pada tanggal 26 Juli 2010 didapatkan nilai vibrasi menurun menjadi 2,57 mm/s dengan indikasi untuk frekuensi 1x, 2x, dan 3x menjadi menghilang.
Pada akhirnya pada tanggal 27 Juli 2010 diputuskan untuk shut down, karena vibrasi sudah mencapai 8,1 mm/s dengan muncul frekuensi 0.7x yang menandakan cage bearing terjadi kerusakan, selain itu muncul juga frekuensi 1.5x dan 2.2x yang mempertegas kondisi terjadinya looseness.

III. Hasil perbandingan data vibrasi dengan fakta dilapangan
Pada tanggal 25 Juli ketika awal di temukannya suara gaduh seolah-olah seperti gesekan antara metal to metal, kejadian tersebut dapat dibuktikan dengan adanya bekas gesekan antara suction cone dengan impeller setelah FD Fan di buka. Pada gambar 1 memperlihatkan bekas goresan akibat gesekan antara suction cone dengan impeller. Akan tetapi kejadian tersebut terjadi tidak kontinyu dan jika sedang terjadi gesekan dapat menyebabkan kenaikan nilai overall vibrasi dari 3,65 mm/s (22 Juli 2010) menjadi 7,71 mm/s dengan indikasi munculnya frekuensi 1x, 2x, 3x, 4x, 5x, 6x yang menandakan looseness terjadi pada bearing, dimana seolah-olah bearing menerima beban berlebih akibat timbulnya vibrasi dari gaya gesekan yang diterima impeller.
Pada saat terjadi gesekan pada impeller, plummer block sempat mengeluarkan asap yang menandakan terbakarnya grease akibat gesekan antara bearing dengan housing dan setelah di ukur temperature plummer block pada saat itu mencapai 80oC (kondisi normal 50oC) . Pada gambar 2 memperlihatkan bekas grease yang terbakar.
                             Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMwK3xHlgWs5RTROrq1iSUUhLMcQDtVfR5L9PIDBgpzpb4TJTTBksM5lItyYoUSImeb3K_IBFP_oiTN424tmsEdcwlvoagabRANYJ3-HAsXfP6g0FC5zi4S1M_zxRYMmYBUMonOz_7G9g/s400/2.png
                                        Gambar 1. Tanda bekas gesekan pada impeller

                                               Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEin9tN-LlpCaEzGX3K-rfu5oTPJO8PRdLmbkUe2XZ2hyphenhyphenVtgQBAuqxUT3yWw0MfipCPFjq_5ywpQWy9JlW2qKODtsCvAo7tNhx-0ZNEs5vy7S73KhvS-NMmNgLky5PlnC7Tdkyx2y94RxzM/s400/3.png
           Gambar 2. Grease pada plummer block sisi outboard sebagian besar habis terbakar.

Ketika tanggal 26 Juli 2010 vibrasi sempat turun menjadi 2,57 mm/s dan frekuensi 1x, 2x, dan 3x tidak muncul, hal tersebut dimungkinkan kerusakan bearing pada plummer block sudah parah. Bisa jadi spherical roll bearing sudah lepas dari cagenya dan akhirnya jatuh, selanjutnya ikut berputar mengikuti porosnya. Pada kondisi tersebut bearing tidak dapat menyangga porosnya lagi. Untuk membuktikan kejadian tersebut ditemukan spherical roll bearing yang penyok-penyok akibat bertumbukan antara satu dengan yang lain seperti yang diperlihatkan pada gambar 3 dan untuk gambar 4 memperlihatkan spherical roll bearing yang masih utuh.
                Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDYa6TKZuk8FSluVDS0W3UvD0tVab6vMCUVb6Zb-ul7J-C6WlBYy6h3U9UWH9See5B6LTatK7x6YftUyEiD696VNJCmWso11bbDLG7ToCdOqe6svnP8QVco66Xc0ba1jx-RRkzX6OzAMI/s400/4.png 
                                   Gamber 3. Spherical roll bearing mengalami penyok

                                             Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyLyLlys38Iu6xSOL6J9qgEKbmKIOVZgRUW-l1MIKdnmE3JpyBi1J8OBmxNiD9OgdthS-9P8voqjEPX3c4oprnRyL_6FTvgUGhnIxrSYhuRZNvAFfpdysMDn_GKEK1aG062RLr68u8a_M/s400/5.png
                               Gambar 4. Sperical roll bearing masih utuh dengan cagenya

Fakta pendukung terjadinya kerusakan pada spherical roll bearing diperlihatkan dengan adanya indikasi pada spectrum vibrasi pada tanggal 27 Juli 2010 yang memunculkan frekuensi 0.7x dimana frekuensi ini berasal dari cage bearing, sedangkan untuk frekuensi 1.5x dan 2.2x yang menunjukkan frekuensi looseness yang sudah pada kondisi parah. Pada gambar 5 memperlihatkan bekas patahan cage bearing yang merupakan sumber memunculkan frekuensi 0.7x.

                                Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOM4M1W9_an5sunk_aa6usMrMGRqXkf_j3iM5ryMyNgx9aYNaeFU_OBDdww5ndo-Uqwfx5CZ6b237G5nMLoNes_l-m_FeDRT38VsRimUDnyeqc5CROaqytgTTK6TRdRI_uwlrH3kToXFg/s400/6.png
                   Gambar 5. (a) Patahan cage bearing sisi outboard. (b) cage yang masih utuh

Sedangkan untuk gambar 6 memperlihatkan bekas goresan pada outer race bearing yang menandakan terjadinya looseness antara housing bearing dengan outer bearing, sehingga frekuensi 1.5x dan 2.2x muncul.
                                   Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivIGyEGalGA16SqZ6KbgBFd2gv_Bs_9_ie1DmF8B1QuXxXSrzZYe3W55jpN3zfhyCX0GdZSHm2YmDcfXfxLlNUMQvqGdXUoPI674XovTCQHvNyT-rviz26143Hst20HeMevvmhvPrDjm8/s400/7.png
                                      Gambar 6. Bekas gesekan pada outer race bearing

IV. Analisa hasil inspeksi
4.1. Beberapa kemungkinan penyebab suara gaduh dalam casing
a. Berasal dari benda asing yang menempel pada impeller. Hal ini dimungkinkan karena pada saat terjadi suara indikasi vibrasi yang terjadi adalah naiknya spectrum 1x dan 2x. Dari spectrum tersebut menunjukkan terjadinya unbalance yang bisa disebabkan oleh adanya benda asing yang menempel pada impeller. Namun pada saat pengecekan di casing, benda asing ini tidak ditemukan baik pada sisi inlet ataupun outlet kecuali benda ini sudah masuk dalam duct reformer.
b. Suara gaduh yang terdengar dari luar dimungkinkan berasal dari gesekan antara suction cone dengan impeller. Selain itu ada suara lain seolah-olah mirip dengan benda jatuh diindikasikan berasal dari flapper FD fan yang kocak. Kesimpulan ini di dasari dari hasil check dilapangan, dimana ketika casing FD fan dibuka tidak ditemukannya benda asing didalamnya dan ketika di check bagian atas dari FD fan yakni sound barrier tidak ditemukan adanya bagian dari komponen yang lepas (gambar 7). Akan tetapi dari flapper FD fan ditemukan 2 (dua) komponen yang kocak (gambar 8) pada saat simulasi opening sekitar 50 %, dimana opening ini juga sama dengan kondisi normal operasi. Diperkirakan suara yang seolah-olah seperti benda jatuh tersebut kemungkinan besar berasal dari resonansi suara dari flapper ID fan yang kocak.
                                        Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDPRFX7p7QinjF7ujCbbmyduG58TROTsqmP_kIXIzd5H_94KTgn5WNtOLrJrlQy6FudRfdF1IiI_dmZk01PvvBJvwm5o2UgR8hfHv3XP15C1NB9se1mBFcd0SyLkHwUl-oO0im0fMRC2o/s400/7.png
                                             Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDPRFX7p7QinjF7ujCbbmyduG58TROTsqmP_kIXIzd5H_94KTgn5WNtOLrJrlQy6FudRfdF1IiI_dmZk01PvvBJvwm5o2UgR8hfHv3XP15C1NB9se1mBFcd0SyLkHwUl-oO0im0fMRC2o/s400/7.png
                                   Gambar 7. Kondisi Sound Barrier yang masih baik

                                 Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgO_Xs-6nDq26zvsSdkd7e0Qlmbs_8tpYnoRwfbyEYJHHw4Fbr4fmuTHaNqPKujPX_9tbnJ6v9q_wHIiOXOjZDtBvPr8h65wF-toFbVK3k4HFN73-jd4odVs_znP1C3hRpm3Uk-8e-rF9o/s400/8.png
Gambar 8. (a) Flapper FD fan, (b) Tampak luar bearing housing penyangga flapper FD fan, (c) Tampak dekat untuk bearing housing yang rusak, (d) Posisi bearing housing yang rusak
4.2. Beberapa kemungkinan penyebab dan akibat gesekan antara impeller terhadap  suction cone.
4.2.1. Unbalance
Jika diamati dari segi pengoperasian bisa jadi fluktuasi flow selama pengoperasian dapat menyebabkan perubahan karakter dari alat itu sendiri. Perubahan karakter tersebut dapat dilihat dari hasil pengambilan monitoring vibrasi per 2 (dua) mingguan (grafik 4), dimana adanya perubahan karakter spectrum yang awalnya (setelah perbaikan bulan Januari) dominan pada 1x yang menunjukkan unbalance, dimana unbalance tersebut tidak merupakan masalah karena nilainya kecil dan tidak bisa dihilangkan karena system FD fan tersebut mengadopsi system overhang.
Kemudian pada bulan maret mulai muncul 2x dan 3x dengan diikuti kenaikan pada 1x. Munculnya 2x dan 3x mengindikasikan adanya looseness pada plummer block. Kecenderungan ini berlangsung sampai pabrik dinyatakan shut down pada bulan Juli akibat terjadi gesekan impeller dengan suction cone. Bisa jadi dimungkinkan gesekan terjadi ketika impeller sedang mengalami unbalance.
Faktor lain yang bisa merubah nilai Unbalance dari Impeller juga dari Stiffness (kekakuan) system yang berubah. Banyak hal yang mangakibatkan hal ini seperti perubahan sistem damping, korosi pada static part (casing) dan juga kekuatan ikatan pada system akibat Fan sering mengalami strat up dan shutdown (terjadi beban kejut yang besar yang bisa merubah kekuatan ikatan terutama pada sistem Bolting).

                          Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlLmIPcVMyrF_nuSa2gDRzm0Q0VhriTGbpWUeS4Oj1xjYAnCR4XQLbR3-Hy76U1vcq9VzGuBAsUrFNrUOtSJDaL36r6FzlXPdQgKBzprE8FZAIPhGFg71RhZ6qpLnxmbhAeO9HamsVQJ0/s400/9.png
                               Grafik 4. Hasil monitoring vibrasi per 2 (dua) mingguan

4.2.2. Gaya gesek sesaat penyebab vibrasi naik
Untuk mengetahui besarnya gaya gesek sesaat ketika terjadi gesekan antara impeller terhadap suction cone yang menyebabkan vibrasi hingga mencapai 8,1 mm/s, maka perlu dibuktikan. Putaran FD fan sendiri sebesar 1480 rpm memungkinkan ketika terjadi gesekan menimbulkan gaya yang cukup besar. Besarnya gaya gesek penyebab vibrasi dapat dihitung sebagai berikut :
Data :
A.    Masa komponen yang berputar : 1370,82 kg
B.      Putaran : 1480 rpm
C.      Diameter impeller : 1.15 m
Perhitungan :
a) Konversi gerak putar ke gerak linier
1480 rpm x 2rad / 60s = 154,9 rad/s

b) Gaya melingkar
F = 1.888.3939,5 N
c) Gaya gesek
Dari hasil perhitungan diatas dapat dibuktikan bahwa ketika terjadi gesekan sesaat maka nilai vibrasi mencapai 8,1 mm/s hal tersebut kemungkinan dikarenakan adanya gaya gesekan sebesar 7.553.575,8 N.

4.2.3. Celah antara impeller dengan suction cone
Kemudian jika dilihat dari jarak celah antara suction cone dengan impeller terlihat adanya ketidak bulatan dari suction cone dan bisa jadi adanya ketidak bulatan dari impeller itu sendiri (gambar 9). Bisa jadi titik pusat antara suction cone dengan impeller tidak sejajar akibat pengaruh dari luar maupun dari dalam.
                                              Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAt2oI_bygNtIymp4pZ0zXwAsozfo0wT286cYAgW5eztm_ABVJyaRdZux8c9hwgLp3v4wjsTyRKi3oO6nXyUncXSLzbHNgf2m7v2jWV5HM7cJ5UQMI5JPhaFp_Ji_6ks_4abqKVLa6LxY/s400/10.png
                                    Gambar 9. Jarak celah antara suction cone dengan impeller

Ada beberapa kemungkinan penyebab terjadinya ketidakbulatan celah antara impeller dengan suction cone antara lain:
a. Suction cone pernah dilakukan perbaikan pada bagian atas karena korosi sehingga bekas las-lasan dimungkinkan tidak rata mengikuti bentuk lingkarannya.
b. Kondisi plummer block bearing rusak yang kemungkinan menyebabkan posisi center antara impeller terhadap suction cone bergeser.
c. Kemungkinan proses alignment awal yang tidak memperhatikan jarak celah antara suction cone dengan impeller.
d. Adanya perubahan titik berat yang menyebabkan center antara impeller dengan suction cone bergeser setelah adanya pergantian motor AC dengan berat yang berbeda dari desain awalnya.
e. Adanya perubahan kekakuan dari kontruksi penyangga karena dilakukan pergantian spring damper pada waktu saat masih running.
Untuk memastikan seberapa besar penyimpangan yang terjadi, maka dilakukan pengecekan celah antara impeller terhadap suction cone setelah dilakukan penggantian bearing baru dan Alignment kembali. Hasil pengukuranya diperlihatkan seperti pada table 1.
                        
                          Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIMuZoo23hZCP7p801Gx2JR1cThhL7I-Ley6JNJDSRIA3NZFCptSObHOMHPFsoyzU61nY8b5oQ5pRVukkQi1wYfiDeFzdpkarwpxWALJ1Cm4C1EA0p2M-FppM9RfczAgN-tA0nuLY3zZg/s400/11.png
                                       Tabel 1. Gap antara suction cone dengan impeller
Dari hasil pengukuran diatas dapat disimpulkan bahwa jarak celah terkecil antara suction cone dengan impeller masih dalam batas yang aman yakni 7,3 mm. Oleh karena itu, untuk kedepannya kondisi ini bisa diminimalisir jika setelah pemasangan impeller dan alignment jarak antara suction cone dan impeller harus diukur kembali.

4.2.4. Perubahan titik berat
Untuk perubahan titik berat bisa dikarenakan perubahan massa pada keseluruhan kontruksi. Dari data dilapangan didapatkan pernah dilakukan pergantian motor AC dimana terdapat perbedaan berat dari motor lama beratnya 2,3 ton menjadi motor baru 3,8 ton. Hal tersebut dapat mengakibatnya pergeseran titik berat dari konstruksi peralatan FD fan.
                         
                               Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSYthRYjbHRSYygQ5yZpqyPhGuNdpt5L18BKeYCFbMcHU72WW8zYqJ0lZ4uZuv0xvupsciWIc3wWMKC3g7U3d1Fmgj1IHC9kkL2xRtQuQ1e6LXlhCcnmzGZ9jXQW5Lfqc-ktshd7EE0Cg/s400/12.png
           Gambar 11. Drawing yang menunjukan titik berat dari komponen (original design)

4.2.5. Defleksi spring damper
Faktor lain kemungkinan penyebab terjadinya perubahan jarak celah antara suction cone dengan impeller dikarenakan adanya pergantian spring damper dengan komponen hasil perbaikan. Di mungkinkan adanya perbedaan ketinggian hasil defleksi dari spring damper ketika menerima beban. Hal tersebut coba dibuktikan dengan pengambilan data lapangan seperti pada gambar 12.





                 Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtDHOoktI0UVLgYaDPl9E_pZRBzlo6t15LcZM5vJfY59Djfd0DXIwoaQyWFLMjEXpZpSLQpfc6EMzL68roO10iN36efdZ-BlCaUVVpET36aCjw1n_JuqpRebiUJXNvHvrsd6ZENAZYHko/s400/13.png
                 Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCRsFFxUDE8CqiPFiEEs3z28O8XD0ubYczZZ0ut74JOElfQ1_AuUdaag4vCo3RJ89rCD5yAZGPxbrOHq6EeBsdlhzTADr-ypSRXiXoePoNdajhbhk2GTzxnDEIM24iD4jOcdXoa8oihOY/s400/14.png
                     Catatan: yang dimaksud terbebani adalah casing FD fan sudah terpasang seluruhnya
                        Tabel 2. Hasil pengukuran defleksi spring damper

Dari hasil pengambilan data dilapangan seperti yang ditunjukkan pada table 2 dan grafik 3 memperlihatkan beberapa hasil pengukuran dilapangan yang menunjukkan efek dari pembebanan yang memperlihatkan perilaku dari masing-masing damper. Dari situ dapat diamati bahwa setiap demper memiliki ketidaksamaan dalam menerima beban dan dalam kemampuannya untuk berdefleksi. Sehingga bila ada perubahan yang significant pada beban, bisa menyebabkan kestabilan sistem terganggu.
Pergantian penggerak dengan berat yang lebih besar pada saat Turn Around 2009 (berat motor asli 2,3 ton dan berat motor baru 3,8 ton) diperkirakan mengganggu kestabilan system, sehingga bila ada gangguan yang significant bisa menyebabkan vibrasi berlebihan pada fan.

              Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEha69pAlb0hVCcVZCHlhrYEUXnzrHgcSmhrH06Sdzec90CAbrNMH-wq5IGmxLB9lyX7tRYgsDsjEBP-J-xqLOTyBOAznA_koNIifclV44YlES1qM_DCTpPox8tx7WCumcf68_-TQgoGmns/s400/15.png
              Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEha69pAlb0hVCcVZCHlhrYEUXnzrHgcSmhrH06Sdzec90CAbrNMH-wq5IGmxLB9lyX7tRYgsDsjEBP-J-xqLOTyBOAznA_koNIifclV44YlES1qM_DCTpPox8tx7WCumcf68_-TQgoGmns/s400/15.png
                            Grafik 3. Jarak defleksi spring damper setelah terbebani

Analogi lain pengaruh perubahan dari sistem damper ini bisa dijelaskan seperti pada gambar 14a dan 14b. Pada gambar 14a tersebut dijelaskan bahwa ketika shut down bulan Januari 2010 dilakukan proses alignment, spring damper yang terpasang masih merupakan komponen lama yang sudah terinstal sejak jaman kontruksi. Padahal kondisi spring damper pada waktu itu sendiri tidak begitu bagus, sebagian rusak sebagian baik seperti yang terlihat pada gambar 13, akan tetapi pada kondisi tersebut tidak terjadi gesekan antara impeller dengan suction cone. Kemungkinan ketika dilakukan alignment masih terdapat jarak yang cukup antara celah impeller terhadap suction cone. Tetapi ada hal yang patut disayangkan karena data antar celahnya pada saat Januari 2010 tidak tercatat.

                           Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDVOXMjS58v1EhlhnSq69BmyqPHxzKPHOowLW1kKqYLYGt8mZaG0C3kGmXpaAVdyKTt7vlPHla7I1nQcRLPx_fjVIj_B9x5XZPDdofWcDKbY2v1TrC04Xt3p7DrXuIUC8ay6xfKuLqAQ0/s400/16.png
                       Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdid6cwTC8BENJBCki3cZqT2GlmkYHWtcORbcvVmaDaTkpaIy4PB8Td493Dv3SGTCtyGzIGTCkXaFH63tfsGn9zHF3TqQ-ktDJRaASuQZJxgOzYlSEFmITGLlrBvH_eFQ4B1y5_7oLjY4/s400/17.png
Kemudian pada Gambar 14.b. memperlihatkan kemungkinan perubahan elevasi sistem akibat dari dilakukannya pergantian spring damper, dimana spring damper yang terpasang terdiri dari kombinasi spring lama dengan baru. Dengan begitu, bisa jadi masing – masing damper memiliki kemampuan meredam yang berbeda akibat perbedaan konstanta pegas dari spring. Diperkuat lagi, adanya penggantian damper dilakukan pada saat FD fan beroperasi serta tidak dilakukan proses alignment setelahnya. Perubahan terhadap setting awal alignment dimungkinan terjadi karena adanya penambahan ketinggian dari spring damper baru yang sedang terpasang saat ini dibanding spring damper lama yang lebih rendah akibat spring damper sudah pada kondisi rusak (gambar 13). Walau pun spring damper lama tingginya lebih rendah, damper tersebut tidak berpengaruh terhadap elevasi sistem karena ketika proses alignment sudah menyesuaikan kondisi pada saat itu.
Dengan adanya penambahan ketinggian dari spring damper tadi maka keseluruhan komponen FD fan akan bisa terangkat bahkan bisa miring pada sebagian sisinya akibat ketinggiannya tidak merata. Oleh sebab itu, titik center dari impeller menjadi berubah terhadap titik center suction cone. Apalagi bila kita asumsikan pada saat Januari 2010 itu clearance yang ada sudah cukup kecil, maka jika terjadi perubahan ketinggian sedikit saja pada sistem, dapat langsung berefek pada jarak celah Impeller dan Cone.

4.3. Kerusakan pada plummer block
Bearing yang terdapat pada plummer block setelah dibuka terlihat mengalami kerusakan pada cage yang sebagai penyangga rontok terlebih dahulu sehingga spherical roller bearing lepas dan mengalami gesekan serta tergencet antara satu dengan yang lainnya. Ketika vibrasi naik sempat pula terlihat asap keluar dari plummer block yang diindikasikan berasal dari grease yang terbakar akibat gesekan antara outer race dengan housing bearing (temperature kejadian 80oc).
Berikut jenis bearing pada plummer block:

• Type : spherical roller bearing
• Serial : 2222 E
• Jenis : Cylindrical bore
• d (dalam): 110 mm
• D (luar): 200 mm
• B (lebar) : 53 mm
• Basic load rating (dynamic static) C: 560 kN ; Co : 640 kN
• Fatiq load limit : Pu = 63
• Speed rating : reference speed = 3000 r/min ; limit speed= 4000 r/min
• Massa : 7 kg
• Ketahanan temperature = +200Oc selama 2500 jam

                            Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzgpfFv36Hfh-hnscQTL-2-ZzfQMiyyC7kYHRAemVFL99f2GJSa3VHEisQr1qISE9guFHDsPduH8zKSErDZv-xwaUS9I7vxlL3ameXWKY0tixKMp1Y6S5mzOmTkOucJqSBKDzOCkuEq6M/s400/18.png
Dari hasil perhitungan diatas jika dibandingkan dengan gaya yang ditimbulkan ketika suction cone dengan impeller bergesekan sebesar 7.553.575,8 N maka, bearing tidak mampu lagi menahan besarnya gaya yang terjadi. Loosenes yang terjadi merupakan akibat diterimanya beban yang melebihi batas kemampuan dari bearing itu sendiri. Dimana looseness dapat dibuktikan setelah dilakukan pengukuran diameter plummer block terdapat kelonggaran ukuran sekitar 0,09 mm untuk outside bearing dan inside bearing 0,07 mm dari ukuran standardnya 200 mm Dalam hal ini bearing bukan menjadi sumber penyebab terjadinya gesekan pada impeller.

V. Kesimpulan
a) Penyebab menggeseknya impeller ke cone diperkirakan karena :
1. Kenaikan faktor unbalance dari sistem akibat sering terjadinya trip dan shutdown pabrik.
2. Penggantian damper saat Combustion Blower beroperasi yang tidak diikuti dengan aligment poros.
b) Penyebab munculnya suara gaduh diperkirakan karena:
1. Bergeseknya impeller terhadap cone
2. Resonansi dari getaran flapper yang longgar.
3. Kerusakan pada plummer block bukan merupakan penyebab utama kejadian ini, sebab bearing hanya menerima akibat dari besarnya beban gaya yang sudah melebihi batas kerjanya.
VI. Saran
a) Selalu ukur clearance antara suction cone dengan impeller ketika alignment poros.
b) Perbaikan kerataan permukaan pada suction cone
c) Jika melakukan pergantian spring damper harus dilakukan pada saat shut down
d) Studi lebih lanjut efek dari penggantian motor baru yang lebih berat saat ini.
a) Meminimalisir pengoperasian alat secara kejut guna mengurangi gaya yang diterima alat.















3. Metode Praktis Dalam Membuat Jadwal Perawatan
Sistem penjadwalan yang baik akan menunjang kelancaran dalampenyelesaian suatu pekerjaan. Karena itu jadwal harus dibuat olehorang yang cermat dalam mempertimbangkan segala sesuatunya yangberkaitan, karena tugasnya adalah menyiapkan susunan pekerjaan, menetapkan waktu dan saat penyelesaian, membuat rencana kerja dan sebagainya.
Dalam hal ini, perlu disusun semua pekerjaan yang akan dilakukan, kecuali pekerjaan yang terjadi mendadak. Dengan demikian, secara umum tidak ada pekerjaan yang dilakukan tanpa dibuat rencananya terlebih dahulu. Perencana yang dibuat adalah mengenai informasi seperti nomor order pekerjaan, pemberian kode, nomor mesin, lokasi, waktu pelaksanaan dan semua kontrol yang menunjukkan waktu.
Untuk perbaikan yang dilakukan mendadak, foreman harus dapat menentukan dengan cepat tentang apa yang perlu dikerjakan dan dapat dilakukan selama mesin mengalami kemacetan. Material yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut sedapat mungkin disiapkan pada lokasi yang terpisah dari tempat kerja, tetapi memungkinkan persediaannya secara cepat. Sebagai sarana penunjang dalam pekerjaan perawatan perlu juga disediakan chart (bagan) sebagai peta perencanaan aktivitas yang biasa digunakan untuk jangka panjang.
Chart yang dipakai ini dapat dipasang pada papan jadwal. Daftar pada papan jadwal secara visual harus mudah diperiksa untuk menyediakan tenaga kerjanya. Hal ini juga untuk memberitahukan kepada perencana proyek atau pengawas sehingga dapat memeriksa semua pekerjaan dengan cepat. Chart Gantt Banyak jenis chart yang digunakan di industri, semuanya bertujuan untuk menunjukkan hubungan dari berbagai fungsi. Chart adalah termasuk suatu alat bantu peraga yang dapat memberikan informasi melalui proses komunikasi. Chart gantt adalah suatu peta perencanaan program kerja dalam bentuk grafik blok yang pada mulanya diperkenalkan oleh seorang sarjana Amerika, Henry L. Gantt (1861-1919). Chart ini dibuat dengan bentuk basis empat persegi panjang, semua aktivitas pekerjaan yang dirancang diurutkan ke bawah secara terpisah di sebelah kiri garis vertikal. Sedangkan untuk penunjukan waktunya diurutkan memanjang dari kiri ke kanan secara horisontal. Unit waktu menunjukkan lamanya program kerja yang direncanakan, dan pada prakteknya biasa ditentukan berdasarkan waktu harian atau mingguan.
Contoh 1. Ilustrasi dari penggunaan chart gantt untuk penjadwalan pekerjaan overhaul pabrik, disusun sebagai berikut:
                                   
                                                 Tabel 1. Jadwal Overhaul pabrik.
Semua aktivitas dari program kerja yang telah disusun dapat dilihat pada gambar 1. Dari chart pada gambar 1, dapat diperoleh informasi seperti berikut:

                                   
                                        Tabel 2. Data kemajuan tugas yang dilakukan.






Chart dapat berguna untuk memberi keterangan, namun dalam pemakaiannya tidak selalu mampu menanggulangi segala persoalan yang timbul. Dalam chart ini tidak ditunjukkan secara jelas adanya faktor yang saling ketergantungan dari berbagai aktivitas yang satu dengan lainnya. Untuk membantu mengatasi keterbatasan tersebut, dapat memungkinkan diterapkan sistem berangkai guna menghubungkan berbagai aktivitas yang saling berkaitan. Pemakaian cara yang lebih baik ditunjukkan oleh contoh 2 (gambar 1).















Tidak ada komentar:

Posting Komentar