TUGAS PENELITIAN
TENTANG LIGHT RAIL TRANSIT (LRT)
MATA KULIAH METODE PENELITIAN

Disusun
Oleh:
Nama:
Riski Tri Saputra
Npm
: 26415068
Kelas : 3IC08
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JURUSAN TEKNIK MESIN
KALI MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Di
semester 5 kali ini saya mendapatkan tugas di mata kuliah “Metode Penelitian” yang di ajarkan
oleh bapak Eko Susetyo Yulianto,tugas
ini membuat penulisan mengenai penelitian.Sebelumnya saya berterima kasih kepada
bapak karena dengan tugas ini saya belajar sedikit-sedikit membuat
penulisan-penulisan yang mengarah ke penelitian,dan membuat saya menambah
pengetahuan yang lebih luas lagi.
Disini
saya membuat sedikit penelitian tentang berkembang pesatnya kemajuan teknologi
berdasarkan era globalisasi yang terus berkembang,apalagi berkembang dibidang Transportasi.
Transportasi di Indonesia seperti di ibu kota kita yaitu di Jakarta semakin
banyak Transportasi pada hakekatnya adalah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pergerakan
atau perpindahan seseorang atau suatu barang dari satu tempat ke tempat lain untuk
memenuhi kebutuhan tertentu, Transportasi memiliki peranan penting dan strategi
mencapai tujuan-tujuan diantaranya adalah dalam pembangunan nasional, mengingat
transportasi merupakan sarana untuk memperlancar roda perekonomian, memperkokoh
persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan. Oleh
karena itu dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan diatas dibutuhkan sarana dan
prasarana yang baik dan mumpuni supaya maksud diatas dapat terselenggara dengan
baik. Semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan pergerakan dan perpindahan
barang harus diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan yang tepat dengan menyediakan
strategi, perencanaan dan manajemen dari berbagai aspek transportasi seperti
sarana dan prasarana yang secara real dapat secara langsung melayani
masyarakat.
Banyak strategi yang telah diusahakan dan
diterapkan pemerintah untuk mengatasi kebutuhan akan transportasi. Beberapa
diantaranya adalah MRT, BRT, ERP, LRT,
Toll, E-Parkir. namun secara khusus pada era ini, yang mana masyarakat tak
hanya sekedar memerlukan penyediaan sarana prasarana transportasi massal saja,
namun berkaitan dengan kualitas dari sarana prasarana tersebut. Kualitas yang
dimaksud di sini yaitu bagaimana sarana - prasarana tersebut tak hanya
mengantarkan penumpang pada tempat tujuannya tapi dilihat juga dari waktu perjalanan dan kenyamanan
yang dirasakan penumpang (efisien dan efektif) dalam melakukan pergerakan.
Salah satu sarana yang dapat dipertimbangkan dalam pemenuhan kebutuhan akan
transportasi masyarakat dilihat dari segi kualitas perjalanannya adalah:
Light
Rail Transit (LRT).
LRT
adalah salah satu sarana transportasi massal yang berbasis rel dalam melakukan
pergerakan dan mengangkut penumpang/barang. Sarana LRT ini banyak diterapkan di
berbagai negara di dunia, karena dianggap sebagai salah satu sarana yang baik
untuk memenuhi pergerakan massal di tiap negara tersebut. Di Indonesia sendiri,
pemerintah khususnya Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, sedang gencar
untuk merencanakan pembangunan LRT sebagai sarana transportasi massal yang
diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas di berbagai aspek
(perhubungan, tata kota, perekonomian, dan aspek lainnya) khususnya di ibukota
negara, yaitu Jakarta. Oleh karena itu, berdasarkan hal-hal tersebut di atas
perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah baik pusat maupun pemerintah
daerah yang bersangkutan dalam upaya penyelenggaraan LRT nantinya, yang
berkaitan dengan segala sesuatu tentang LRT, yaitu definisi, manfaat, system
operasi dan lain sebagainya. Perlu juga pembahasan mengenai sarana LRT ini
untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai sarana yang direncanakan akan
dibangun di negara kita ini, di Indonesia nantinya.
1.2 Rumusan
Masalah
a) Apa itu Light Rail Transit (LRT)?
b) Bagaimanakah gambaran umum fasilitas
tersebut?
c) Adakah Peraturan / Perundang-undangan
yang mengatur tentang LRT?
d) Permasalahan yang ditemui dalam rencana
atau pelaksanaan pembangunan LRT?
e)
Bagaimanakah contoh penerapan LRT di Berbagai negara?
1.3
Maksud dan Tujuan
Maksud
dan tujuan dilaksanakannya penulisan makalah ini adalah untuk mendapat pengetahuan
dan pemahaman tentang fasilitas transportasi, khususnya Light Rail Transit
(LRT) yang direncanakan akan dibangun di Jakarta. Diharapkan juga pembaca dapat
mengetahui peraturan yang berkaitan dengan LRT. Selain itu, dengan adanya
makalah ini semoga dapat memberikan informasi tambahan kepada pembaca yang tertarik
terhadap fasilitas LRT pada khususnya dan dapat dijadikan pertimbangan dan
referensi dalam perencanaan dan pembangunan fasilitas tersebut.
1.4 Pembatasan Masalah
Pada
penulisan makalah ini, pembatasan masalah hanya gambaran, dan implementasi dasar
hukum yang berlaku dalam penyelenggaraan Light Rail Transit (LRT).
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah
ini dibagi menjadi tiga bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan
Berisi
tentang latar belakang penulisan makalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan,
pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan
Berisi
gambaran umum, dan implementasi dari dasar hukum yang ada dalam penyelenggaraan
Light
Rail Transit (LRT), dan foto LRT di berbagai Negara.
Bab III Penutup
Berisi
mengenai kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini dan
saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Sejarah Light Rail Transit
Kereta
api ringan dikenal juga sebagai LRT sebagai singkatan Light Rail
Transit adalah salah satu sistem Kereta Api Penumpang yang beroperasi dikawasan
perkotaan yang konstruksinya ringan dan bisa berjalan bersama lalu lintas lain
atau dalam lintasan khusus, disebut juga tram. Kereta api ringan banyak
digunakan diberbagai negara di Eropa dan telah mengalami modernisasi, antara
lain dengan otomatisasi, sehingga dapat dioperasikan tanpa masinis, bisa
beroperasi pada lintasan khusus, penggunaan lantai yang rendah (sekitar 30 cm)
yang disebut sebagai Low floor LRT untuk mempermudah naik turun penumpang. Angkutan kereta api ringan (LRT) adalah bentuk
rel dialiri listrik yang telah dikembangkan secara bertahap dari trem untuk
sistem angkutan cepat yang sebagian dioperasikan pada jalurnya sendiri. Trem
merupakan kereta yang memiliki rel khusus di dalam kota, dengan Trem yang
berselang waktu 5-10 menit berangkat, merupakan solusi untuk kemacetan.
Rangkaian trem umumnya satu set (terdiri atas dua kereta) agar tidak terlalu
panjang. Disebut Light Rail karena memakai kereta ringan sekitar 20 ton seperti
bus, tidak seberat kereta api yang 40 ton. Letak rel berbaur dengan lalu-lintas
kota, atau terpisah seperti bus-way, bahkan bisa pula layang (elevated) atau
sub-way, hanya untuk sebagian lintasan saja.
Light
Rail Transit diciptakan pada tahun 1972 oleh U.S. Urban Mass Transportation
Administration (UMTA, pendahulu
Federal Transit Administration) untuk menggambarkan transformasi streetcar baru yang ada di Eropa dan Amerika Serikat.
Transportasi Research Board (Transportation systems Center) menetapkan
"light rail" pada tahun 1977 sebagai "modal transportasi
perkotaan yang memanfaatkan sebagian besar jalur yang disediakan tapi tidak
selalu dipisahkan dari jalan. dengan listrik mendorong kendaraan di atas rel
beroperasi secara tunggal atau dengan kereta. LRT menyediakan berbagai
kemampuan penumpang dan karakteristik kinerja pada biaya menengah." Tram
atau kereta api ringan ( sekarang LRT) pernah dikembangkan di Indonesia pada
zaman pendudukan Kolonial Belanda beroperasi di beberapa kota di Indonesia
seperti di Jakarta dan Surabaya dan dihilangkan pada tahun 1960an.
2.2
Gambaran Umum Tentang Light Rail Transit (LRT)
2.2.1 Tipe Kereta Api Ringan
Kereta api ringan di jalan
Disebut juga LRT I, beroperasi di
jalan bersama dengan lalu lintas kendaraan, tipe ini membutuhkan percepatan dan
perlambatan mendekati performansi kendaraanbermotor. Kapasitas sekitar 10.000
sampai dengan 30.000 penumpang jam.
Kecepatan perjalanan sekitar 15 sampai 20 km/jam.
Kereta
api ringan di jalur eksklusif
Disebut
juga LRT II beroperasi pada lintasan eksklusif, sehingga mempunyai keunggulan
daya angkut yang lebih besar antara 25.000 sampai 40.000 penumpang per jam, kecepatan perjalanan sekitar 25 sampai
35 km/jam.
2.2.2 Track Gauge
Secara
historis, Track Gauge telah memiliki variasi yang cukup banyak, dengan Norrow
gauge umumnya di banyak sistem yang lama. Namun, sebagian besar sistem kereta
ringan sekarang berukuran standar. Lama kendaraan standar-gauge tidak bisa
bertoleransi dengan tikungan tajam dan sempit dengan mudah, tetapi sistem
kereta ringan yang modern dapat mencapai putaran jari-jari dengan lebih baik.
Keuntungan dari Track gauge adalah bahwa pemeliharaan peralatan kereta api
standar dapat digunakan di atasnya, daripada mesin custom-built. Menggunakan
ukuran standar juga memungkinkan kendaraan light rail dipindahkan, mudah
menggunakan trek yang sama dengan kereta api barang. Faktor lain yang mendukung
track gauge adalah bahwa undang-undang aksesibilitas mewajibkan lantai trem
rendah, dan umumnya ada cukup ruang untuk kursi roda untuk bergerak antara roda
dalam tata letak sempit.
2.2.3 Operasi Kereta Api
Salah satu faktor penting penting
untuk LRT adalah operator kereta api. Tidak seperti kereta api rapid transit,
yang dapat melakukan perjalanan tanpa pengawasan di bawah Automatic Train Operation
(ATO), keamanan, operasi LRT berkualitas tinggi bergantung pada operator
manusia sebagai elemen utamanya. Alasan bahwa operator begitu penting adalah
karena rel kereta api sering berbagi jalur dengan mobil, kendaraan lain, dan
pejalan kaki. Jika kereta sedang di jalan, tak seorang pun akan berada di sana
untuk menghentikan kereta tersebut, karena diprioritaskan. LRT yang sebenarnya
sangat kokoh dibangun untuk keselamatan penumpang, dan untuk mengurangi
kerusakan dari dampak tubrukan dengan mobil atau kendaraan lain.
2.2.4 Ketinggian Lantai
Generasi terbaru dari LRVs memiliki
keuntungan dari sebagian atau sepenuhnya desain lantai rendah, dengan lantai
kendaraan hanya 300-360 mm (11,8-14,2 di) atas puncak rel, sebuah fitur yang
tidak ditemukan di salah satu transit cepat rel kendaraan atau trem. Hal ini
memungkinkan mereka untuk memuat penumpang, termasuk di kursi roda atau kereta
bayi, langsung dari platform low-rise yang sedikit lebih dari trotoar. Ini
memenuhi persyaratan untuk menyediakan akses ke penumpang cacat tanpa
menggunakan hal yang mahal dan setinggan lift kursi roda, sementara juga
membuat perjalanan lebih cepat dan lebih mudah bagi penumpang lainnya.
2.2.5 Sumber Daya
Saluran udara memasok listrik ke
sebagian besar sistem kereta ringan. Hal ini untuk menghindari bahaya penumpang
menginjak rel ketiga listrik (third rail). The Docklands Light Railway
menggunakan rel ketiga terbalik untuk daya listrik, yang memungkinkan rel
listrik yang akan dibahas dan tenaga yang ditarik dari bawah. Trem di Bordeaux,
Prancis, menggunakan konfigurasi ketiga rel khusus di mana kekuasaan hanya
diaktifkan di bawah trem, sehingga aman di jalan-jalan kota. Beberapa sistem di
Eropa dan beberapa sistem baru dibuka di Amerika Utara menggunakan kereta
diesel.
2.2.6 Keamanan
Penelitian
berbasis di AS pada keselamatan lalu lintas menunjukkan bahwa angkutan umum
lebih aman daripada kendaraan bermotor pribadi dan bahwa sistem transportasi
yang memiliki infrastruktur sendiri lebih aman.
•
kereta api penumpang Daerah:
atau Regional passenger rail (RPR) adalah cara
paling aman untuk bepergian. Tingkat korban (rata-rata jumlah cedera dan kematian per
miliar mil penumpang) sedikit lebih dari seperempat tingkat untuk kendaraan bermotor.
•
Rail rapid transit (RRT) agak lebih aman dari pada:
LRT.
RRT hampir dua kali lebih aman seperti kendaraan bermotor, dan LRT satu
setengah kali lebih aman daripada kendaraan bermotor.
•
Bus adalah bentuk yang aman setidaknya angkutan umum. Bus menggunakan:
infrastruktur
yang sama seperti kendaraan bermotor, dan karena itu berpotensi kemacetan lalu
lintas dan kecelakaan di jalan.
•
kendaraan bermotor:
pribadi adalah bentuk paling berbahaya dari
perjalanan di kelas bermotor, dengan sepeda motor yang paling berbahaya dari
semua. Ada alasan mengapa angkutan umum
lebih aman daripada kendaraan pribadi. Salah satunya adalah bahwa sejak
kapasitas angkutan umum lebih tinggi dibandingkan kendaraan pribadi, penggunaan
angkutan umum dapat mengurangi jumlah kendaraan yang berada di jalan, pada selanjutnya dapat mengurangi
potensi kecelakaan.
2.2.7 Keunggulan Penggunaan LRT
Atau lengkapnya Trem Kota merupakan alternatif dalam menanggulangi
kemacetan kota. Kendaraan ini biasanya hanya terdiri atas satu set (dua
gerbong), karena harus menyesuaikan dengan keadaan lingkungan jalan kota yang
tidak boleh terlalu panjang, karena berbaur dengan lalu lintas kota lainnya.
Namun bisa saja dua set atau 4 kereta (HRT - Heavy Rail Transit - satu set
adalah 4 kereta).
Berbagai
keunggulan LRT adalah:
A. 1.Dengan
kendaraan ringan dan dapat dibuat oleh parik karoseri bus
B. 2.Tidak
ada emisi di jalan
C. 3.Lebih
aman daripada perjalanan mobil
D. 4.Kali
perjalanan singkat
E. 5.Menghindari
kemacetan lalu lintas - melalui segregasi dan prioritas
F. 6.Halus
- tidak ada gerakan kekerasan vertikal, lateral, atau belakang / ke depan
G. 7.Nyaman
H. 8.Kapasitas
tinggi- memuat kapasitas tinggi
I. 9.Serbaguna
- dapat berjalan pada kecepatan tinggi di jalan terpisah dan dapat menembus
jalan sempit Adaptable - dapat mengatasi gradien curam dan tikungan tajam
J. 10.Penawaran
"perjalanan mulus" interchange dari / ke layanan feeder dan ke dan
dari layanan kereta api
K. 11.Tingkat
Penawaran boarding dengan akses mudah untuk semua orang, termasuk pengguna
kursi roda
L. 12.Penawaran
melalui ticketing dan teratur penggunaannya
M. 13.Dapat
berbaur dengan lalu-lintas kota
N. 14.Dapat
berbelok dengan radius kecil atau tajam (sekitar 15 meter, sehingga dapat
menyelusuri bangunan tua pusat kota, sedangkan HRT minimum dengan radius 150
meter)
O. 15.Dapat
naik dengan elevasi hingga 12%, sedangkan HRT maxiumum 1%. Oleh sebab itu
stasiun LRT sering berada di atas jembatan layang.
P. 16.Biaya
pembangunan dan operasi sangat murah dibandingkan dengan HRT
Q. 17.Tipe
1:Berbaur dengan lalu-lintas kota dan panjang satu set (2 kereta); Tipe 2:Dengan
berbagai lintasan (surface, elevated,
dan sub-way) dan panjang dua set (4 kereta);Tipe 3:
Seperti
HRT dengan lintasan khusus terpisah berikut sinyalnya, dan panjang 2 set hingga
4 set (bisa 4 hingga 8 kereta).
R. 18.Namun
LRT mampu mengangkut 80.000 penumpang per jam, bandingkan dengan HRT 140.000
penumpang per jam, monorel 40.000 penumpang per jam, sedangkan busway hanya
25.000 penumpang per jam.
2.3 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG
LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DI INDONESIA.
Light
Rail Transit sebagai angkutan massal yang masih dalam tahap perencanaan dan
pembangunan di Indonesia, dalam pelaksanaannya berpedoman pada peraturan
perundangan yang ada. Namun belum ada peraturan yang mengatur khusus tentang
pelaksanaan dan pedoman dalam penyelenggaraan LRT, hanya saja ada beberapa
peraturan yang dijadikan pedoman dalam proses perencanaan dan pembangunannya,
antara lain:
1.Keputusan gubernur propinsi
daerah khusus ibukota jakarta nomor 84 tahun 2004 tentang penetapan pola
transportasi makro di propinsi daerah khusus ibukota Jakarta.
dalam pasal 3 Bab III disebutkan bahwasanya
akan ada penambahan jaringan jalan Primer, Bus Priority, Light Rail Transit (LRT) dan
Mass Rapid Transit (MRT) untuk meningkatkan pelayanan dan penyediaan jasa
transportasi yang terpadu, tertib, lancar, aman, nyaman dan efisien. Tujuan
penetapan Pola Transportasi Makro adalah untuk menetapkan Rencana Induk Sistem
Jaringan Transportasi di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2. PERDA DKI Jakarta , tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2030.
Pasal 21 ayat 3, menybutkan bahwasanya
pengembangan jaringan angkutan massal berbasis rel meliputi jaringan Mass Rapid
Transit (MRT), jaringan Light Rail Transit (LRT), jaringan Kereta Lingkar Dalam
Kota, jaringan Kereta Komuter Jabodetabek,
jaringan Kereta menuju Bandara, jaringan lainnya.
3. Rencana Strategis Dinas
Perhubungan DKI JAKARTA 2013-2017.
Yang
isinya tentang mewujudkan arahan pembangunan di bidang transportasi sesuai
arahan RTRW DKI Jakarta tahun 2010 (saat ini telah terdapat draft RTRW DKI
Jakarta tahun 2030). Terdapat tiga pilar utama yang direkomendasikan PTM untuk
mengatasi masalah transportasi DKI Jakarta yaitu pengembangan angkutan massal,
manajemen lalu lintas dan peningkatan kapasitas dan sistem jaringan jalan.
2.4 PERMASALAHAN DALAM PERENCANAAN
DAN PELAKSANAAN LRT DI
INDONESIA.
Untuk
menerapkan sistem LRT di Indonesia membutuhkan banyak pertimbangan yang matang
sebelumnya, seperti:
1. Dibutuhkan
Perencanaan Tata Ruang Kota, perencanaan tata ruang kota sangat penting karena
terkait dengan optimalisasi daerah yang perlu dibangun dan dilalui oleh LRT,
terkait dengan demand dan lahan yang tersedia. Selain itu, diperlukan adanya
perencanaan untuk pengembangan dari LRT itu sendiri ke depannya. Pengembangan
dilakukan dengan penambahan jalur ataupun perubahan dari jalur itu sendiri
sehingga diharapkan akan lebih baik lagi untuk sistem transportasi LRT. 2.
2. Dibutuhkan
investasi yang tidak sedikit, biaya per kilometer LRT sangatlah tinggi, dengan
biaya per kilometer yang 5x lebih mahal daripada Bus Rapid Transit (BRT) maka
diperlukan pertimbangan biaya pembangunan yang tinggi, selain dari revenue yang
didapatkan dari LRT itu sendiri. Dikhawatirkan dengan biaya pembangunan yang
tinggi dan dana didapat dari pinjaman pada lembaga tertentu, sehingga
mengakibatkan tarif yang tinggi dan akhirnya sepi dari pengguna LRT. 3.
3. Memberikan
pelayanan yang terbaik, biaya investasi yang mahal kalau tidak didukung
pelayanan yang baik maka akan menjadi sia-sia. Contoh di Singapura yang memiliki
scheduling yang tepat waktu dan frekuensi yang tinggi memberikan kenyamanan
tersendiri untuk pengguna LRT. Permasalahan angkutan umum di Indonesia, selain
LRT, adalah belum adanya ketepatan jadwal. Bahkan untuk Heavy Train pun
seringkali terdapat keterlambatan yang memakan waktu berjam-jam.
2.5 PENERAPAN LRT SISTEM DI SELURUH DUNIA:

Shanghai
Metrotransit station,China

A METRO light-rail train
approaching Preston Station in downtown Houston,Texas, Amerika Serikat.

A LYNX light rail train from Charlotte,North
Carolina,Amerika Serikat.

A NET
tram inNottingham city centre

A DART Light Rail train operating in
downtown Dallas,Texas, Amerika Serikat.

New Flexity Classictram in service
on Glenelg line in Adelaide, South Australia.

Hudson-Bergen Light Rail trains at
the Exchange Place stop in Jersey City

UTA TRAX train
inDowntown Salt Lake City

Portland,
Oregon'sMAX Light Rail.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
A. Light Rail Transit merupakan salah
satu angkutan berbasis kereta api modern dengan tenaga listrik dan berbeda pada
kereta pada umumnya dengan kecepatan dan bobot orang yang banyak.
B.
LRT dengan laju yang sangat cepat 2 kali dari kereta pada umumnya juga
dapat mengatasi macet dan menjadi waktu yang efisien dan efektif.
C. Dan pastinya jika di Indonesia
diluncurkannya LRT maka ada perencanaan khusus seperti di undang-undang
perencanaan dan pembangunan,serta peraturan daerah,khususnya di DKI Jakarta.
3.2 Saran
1. Dibutuhkan
anggaran-anggaran dana seperti dari investasi atau saham yang bias dijadikan
modal untuk membangun LRT.
2.Dibutuhkan Perencanaan Tata Ruang
Kota yang baik otomatis akan mendukung warga Jakarta di wilayah,integrasi antar
moda,dan serta membuat SOP agar selama perjalanan aman dan nyaman.
3. Dan yang terakhir tetap yaitu adanya
peraturan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan LRT sebelum di resmikan
dan diluncurkan,agar untuk terciptanya transportasi LRT dengan berkualitas
namun tetap terjaga baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar