Jumat, 29 September 2017

tugas tugas

TUGAS PENELITIAN
TENTANG LIGHT RAIL TRANSIT (LRT)
MATA KULIAH METODE PENELITIAN


Hasil gambar untuk contoh cover makalah gunadarma

Disusun Oleh:
Nama: Riski Tri Saputra
                                            Npm  : 26415068
                                            Kelas : 3IC08

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JURUSAN TEKNIK MESIN
KALI MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

 1.1   Latar Belakang
            Di semester 5 kali ini saya mendapatkan tugas di mata kuliah  “Metode Penelitian” yang di ajarkan oleh bapak Eko Susetyo Yulianto,tugas ini membuat penulisan mengenai penelitian.Sebelumnya saya berterima kasih kepada bapak karena dengan tugas ini saya belajar sedikit-sedikit membuat penulisan-penulisan yang mengarah ke penelitian,dan membuat saya menambah pengetahuan yang lebih luas lagi.
Disini saya membuat sedikit penelitian tentang berkembang pesatnya kemajuan teknologi berdasarkan era globalisasi yang terus berkembang,apalagi berkembang dibidang Transportasi. Transportasi di Indonesia seperti di ibu kota kita yaitu di Jakarta semakin banyak Transportasi pada hakekatnya adalah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pergerakan atau perpindahan seseorang atau suatu barang dari satu tempat ke tempat lain untuk memenuhi kebutuhan tertentu, Transportasi memiliki peranan penting dan strategi mencapai tujuan-tujuan diantaranya adalah dalam pembangunan nasional, mengingat transportasi merupakan sarana untuk memperlancar roda perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan. Oleh karena itu dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan diatas dibutuhkan sarana dan prasarana yang baik dan mumpuni supaya maksud diatas dapat terselenggara dengan baik. Semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan pergerakan dan perpindahan barang harus diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan yang tepat dengan menyediakan strategi, perencanaan dan manajemen dari berbagai aspek transportasi seperti sarana dan prasarana yang secara real dapat secara langsung melayani masyarakat.
 Banyak strategi yang telah diusahakan dan diterapkan pemerintah untuk mengatasi kebutuhan akan transportasi. Beberapa diantaranya adalah MRT, BRT, ERP, LRT, Toll, E-Parkir. namun secara khusus pada era ini, yang mana masyarakat tak hanya sekedar memerlukan penyediaan sarana prasarana transportasi massal saja, namun berkaitan dengan kualitas dari sarana prasarana tersebut. Kualitas yang dimaksud di sini yaitu bagaimana sarana - prasarana tersebut tak hanya mengantarkan penumpang pada tempat tujuannya tapi dilihat  juga dari waktu perjalanan dan kenyamanan yang dirasakan penumpang (efisien dan efektif) dalam melakukan pergerakan. Salah satu sarana yang dapat dipertimbangkan dalam pemenuhan kebutuhan akan transportasi masyarakat dilihat dari segi kualitas perjalanannya adalah:
Light Rail Transit (LRT).
LRT adalah salah satu sarana transportasi massal yang berbasis rel dalam melakukan pergerakan dan mengangkut penumpang/barang. Sarana LRT ini banyak diterapkan di berbagai negara di dunia, karena dianggap sebagai salah satu sarana yang baik untuk memenuhi pergerakan massal di tiap negara tersebut. Di Indonesia sendiri, pemerintah khususnya Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, sedang gencar untuk merencanakan pembangunan LRT sebagai sarana transportasi massal yang diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas di berbagai aspek (perhubungan, tata kota, perekonomian, dan aspek lainnya) khususnya di ibukota negara, yaitu Jakarta. Oleh karena itu, berdasarkan hal-hal tersebut di atas perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah baik pusat maupun pemerintah daerah yang bersangkutan dalam upaya penyelenggaraan LRT nantinya, yang berkaitan dengan segala sesuatu tentang LRT, yaitu definisi, manfaat, system operasi dan lain sebagainya. Perlu juga pembahasan mengenai sarana LRT ini untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai sarana yang direncanakan akan dibangun di negara kita ini, di Indonesia nantinya.

1.2   Rumusan Masalah
    a) Apa itu Light Rail Transit (LRT)?
    b) Bagaimanakah gambaran umum fasilitas tersebut?
    c) Adakah Peraturan / Perundang-undangan yang mengatur tentang LRT?
    d) Permasalahan yang ditemui dalam rencana atau pelaksanaan pembangunan LRT?
    e) Bagaimanakah contoh penerapan LRT di Berbagai negara?




1.3  Maksud dan Tujuan
            Maksud dan tujuan dilaksanakannya penulisan makalah ini adalah untuk mendapat pengetahuan dan pemahaman tentang fasilitas transportasi, khususnya Light Rail Transit (LRT) yang direncanakan akan dibangun di Jakarta. Diharapkan juga pembaca dapat mengetahui peraturan yang berkaitan dengan LRT. Selain itu, dengan adanya makalah ini semoga dapat memberikan informasi tambahan kepada pembaca yang tertarik terhadap fasilitas LRT pada khususnya dan dapat dijadikan pertimbangan dan referensi dalam perencanaan dan pembangunan fasilitas tersebut.

1.4   Pembatasan Masalah
            Pada penulisan makalah ini, pembatasan masalah hanya gambaran, dan implementasi dasar hukum yang berlaku dalam penyelenggaraan Light Rail Transit (LRT).

1.5   Sistematika Penulisan
            Makalah ini dibagi menjadi tiga bab, yaitu:
Bab I  Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang penulisan makalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan
Berisi gambaran umum, dan implementasi dari dasar hukum yang ada dalam penyelenggaraan
Light Rail Transit (LRT), dan foto LRT di berbagai Negara.
Bab III Penutup
Berisi mengenai kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini dan saran-saran.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi dan Sejarah Light Rail Transit
Kereta api ringan dikenal juga sebagai LRT sebagai singkatan Light Rail Transit adalah salah satu sistem Kereta Api Penumpang yang beroperasi dikawasan perkotaan yang konstruksinya ringan dan bisa berjalan bersama lalu lintas lain atau dalam lintasan khusus, disebut juga tram. Kereta api ringan banyak digunakan diberbagai negara di Eropa dan telah mengalami modernisasi, antara lain dengan otomatisasi, sehingga dapat dioperasikan tanpa masinis, bisa beroperasi pada lintasan khusus, penggunaan lantai yang rendah (sekitar 30 cm) yang disebut sebagai Low floor LRT untuk mempermudah naik turun penumpang.  Angkutan kereta api ringan (LRT) adalah bentuk rel dialiri listrik yang telah dikembangkan secara bertahap dari trem untuk sistem angkutan cepat yang sebagian dioperasikan pada jalurnya sendiri. Trem merupakan kereta yang memiliki rel khusus di dalam kota, dengan Trem yang berselang waktu 5-10 menit berangkat, merupakan solusi untuk kemacetan. Rangkaian trem umumnya satu set (terdiri atas dua kereta) agar tidak terlalu panjang. Disebut Light Rail karena memakai kereta ringan sekitar 20 ton seperti bus, tidak seberat kereta api yang 40 ton. Letak rel berbaur dengan lalu-lintas kota, atau terpisah seperti bus-way, bahkan bisa pula layang (elevated) atau sub-way, hanya untuk sebagian lintasan saja.
Light Rail Transit diciptakan pada tahun 1972 oleh U.S. Urban Mass Transportation  Administration (UMTA, pendahulu Federal Transit Administration) untuk menggambarkan transformasi streetcar  baru yang ada di Eropa dan Amerika Serikat. Transportasi Research Board (Transportation systems Center) menetapkan "light rail" pada tahun 1977 sebagai "modal transportasi perkotaan yang memanfaatkan sebagian besar jalur yang disediakan tapi tidak selalu dipisahkan dari jalan. dengan listrik mendorong kendaraan di atas rel beroperasi secara tunggal atau dengan kereta. LRT menyediakan berbagai kemampuan penumpang dan karakteristik kinerja pada biaya menengah." Tram atau kereta api ringan ( sekarang LRT) pernah dikembangkan di Indonesia pada zaman pendudukan Kolonial Belanda beroperasi di beberapa kota di Indonesia seperti di Jakarta dan Surabaya dan dihilangkan pada tahun 1960an.
2.2  Gambaran Umum Tentang Light Rail Transit (LRT)
2.2.1 Tipe Kereta Api Ringan
          Kereta api ringan di jalan
          Disebut juga LRT I, beroperasi di jalan bersama dengan lalu lintas kendaraan, tipe ini membutuhkan percepatan dan perlambatan mendekati performansi kendaraanbermotor. Kapasitas sekitar 10.000 sampai dengan 30.000 penumpang  jam. Kecepatan perjalanan sekitar 15 sampai 20 km/jam.
Kereta api ringan di jalur eksklusif
Disebut juga LRT II beroperasi pada lintasan eksklusif, sehingga mempunyai keunggulan daya angkut yang lebih besar antara 25.000 sampai 40.000 penumpang per  jam, kecepatan perjalanan sekitar 25 sampai 35 km/jam.

2.2.2  Track Gauge
Secara historis, Track Gauge telah memiliki variasi yang cukup banyak, dengan Norrow gauge umumnya di banyak sistem yang lama. Namun, sebagian besar sistem kereta ringan sekarang berukuran standar. Lama kendaraan standar-gauge tidak bisa bertoleransi dengan tikungan tajam dan sempit dengan mudah, tetapi sistem kereta ringan yang modern dapat mencapai putaran jari-jari dengan lebih baik. Keuntungan dari Track gauge adalah bahwa pemeliharaan peralatan kereta api standar dapat digunakan di atasnya, daripada mesin custom-built. Menggunakan ukuran standar juga memungkinkan kendaraan light rail dipindahkan, mudah menggunakan trek yang sama dengan kereta api barang. Faktor lain yang mendukung track gauge adalah bahwa undang-undang aksesibilitas mewajibkan lantai trem rendah, dan umumnya ada cukup ruang untuk kursi roda untuk bergerak antara roda dalam tata letak sempit.




2.2.3  Operasi Kereta Api
          Salah satu faktor penting penting untuk LRT adalah operator kereta api. Tidak seperti kereta api rapid transit, yang dapat melakukan perjalanan tanpa pengawasan di bawah Automatic Train Operation (ATO), keamanan, operasi LRT berkualitas tinggi bergantung pada operator manusia sebagai elemen utamanya. Alasan bahwa operator begitu penting adalah karena rel kereta api sering berbagi jalur dengan mobil, kendaraan lain, dan pejalan kaki. Jika kereta sedang di jalan, tak seorang pun akan berada di sana untuk menghentikan kereta tersebut, karena diprioritaskan. LRT yang sebenarnya sangat kokoh dibangun untuk keselamatan penumpang, dan untuk mengurangi kerusakan dari dampak tubrukan dengan mobil atau kendaraan lain.
2.2.4  Ketinggian Lantai
          Generasi terbaru dari LRVs memiliki keuntungan dari sebagian atau sepenuhnya desain lantai rendah, dengan lantai kendaraan hanya 300-360 mm (11,8-14,2 di) atas puncak rel, sebuah fitur yang tidak ditemukan di salah satu transit cepat rel kendaraan atau trem. Hal ini memungkinkan mereka untuk memuat penumpang, termasuk di kursi roda atau kereta bayi, langsung dari platform low-rise yang sedikit lebih dari trotoar. Ini memenuhi persyaratan untuk menyediakan akses ke penumpang cacat tanpa menggunakan hal yang mahal dan setinggan lift kursi roda, sementara juga membuat perjalanan lebih cepat dan lebih mudah bagi penumpang lainnya.
2.2.5  Sumber Daya
          Saluran udara memasok listrik ke sebagian besar sistem kereta ringan. Hal ini untuk menghindari bahaya penumpang menginjak rel ketiga listrik (third rail). The Docklands Light Railway menggunakan rel ketiga terbalik untuk daya listrik, yang memungkinkan rel listrik yang akan dibahas dan tenaga yang ditarik dari bawah. Trem di Bordeaux, Prancis, menggunakan konfigurasi ketiga rel khusus di mana kekuasaan hanya diaktifkan di bawah trem, sehingga aman di jalan-jalan kota. Beberapa sistem di Eropa dan beberapa sistem baru dibuka di Amerika Utara menggunakan kereta diesel.


2.2.6   Keamanan
Penelitian berbasis di AS pada keselamatan lalu lintas menunjukkan bahwa angkutan umum lebih aman daripada kendaraan bermotor pribadi dan bahwa sistem transportasi yang memiliki infrastruktur sendiri lebih aman.
• kereta api penumpang Daerah:
 atau Regional passenger rail (RPR) adalah cara paling aman untuk bepergian. Tingkat korban     (rata-rata jumlah cedera dan kematian per miliar mil penumpang) sedikit lebih dari seperempat   tingkat untuk kendaraan bermotor.
• Rail rapid transit (RRT) agak lebih aman dari pada:
LRT. RRT hampir dua kali lebih aman seperti kendaraan bermotor, dan LRT satu setengah kali lebih aman daripada kendaraan bermotor.
• Bus adalah bentuk yang aman setidaknya angkutan umum. Bus menggunakan:
infrastruktur yang sama seperti kendaraan bermotor, dan karena itu berpotensi kemacetan lalu lintas dan kecelakaan di jalan.
• kendaraan bermotor:
 pribadi adalah bentuk paling berbahaya dari perjalanan di kelas bermotor, dengan sepeda motor yang paling berbahaya dari semua.  Ada alasan mengapa angkutan umum lebih aman daripada kendaraan pribadi. Salah satunya adalah bahwa sejak kapasitas angkutan umum lebih tinggi dibandingkan kendaraan pribadi, penggunaan angkutan umum dapat mengurangi jumlah kendaraan yang berada di  jalan, pada selanjutnya dapat mengurangi potensi kecelakaan.

2.2.7  Keunggulan Penggunaan LRT
          Atau lengkapnya Trem Kota merupakan alternatif dalam menanggulangi kemacetan kota. Kendaraan ini biasanya hanya terdiri atas satu set (dua gerbong), karena harus menyesuaikan dengan keadaan lingkungan jalan kota yang tidak boleh terlalu panjang, karena berbaur dengan lalu lintas kota lainnya. Namun bisa saja dua set atau 4 kereta (HRT - Heavy Rail Transit - satu set adalah 4 kereta).
Berbagai keunggulan LRT adalah:
A.    1.Dengan kendaraan ringan dan dapat dibuat oleh parik karoseri bus
B.     2.Tidak ada emisi di jalan
C.     3.Lebih aman daripada perjalanan mobil
D.    4.Kali perjalanan singkat
E.     5.Menghindari kemacetan lalu lintas - melalui segregasi dan prioritas
F.      6.Halus - tidak ada gerakan kekerasan vertikal, lateral, atau belakang / ke depan
G.    7.Nyaman
H.    8.Kapasitas tinggi- memuat kapasitas tinggi
I.       9.Serbaguna - dapat berjalan pada kecepatan tinggi di jalan terpisah dan dapat menembus jalan sempit Adaptable - dapat mengatasi gradien curam dan tikungan tajam
J.       10.Penawaran "perjalanan mulus" interchange dari / ke layanan feeder dan ke dan dari layanan kereta api
K.    11.Tingkat Penawaran boarding dengan akses mudah untuk semua orang, termasuk pengguna kursi roda
L.     12.Penawaran melalui ticketing dan teratur penggunaannya
M.   13.Dapat berbaur dengan lalu-lintas kota
N.    14.Dapat berbelok dengan radius kecil atau tajam (sekitar 15 meter, sehingga dapat menyelusuri bangunan tua pusat kota, sedangkan HRT minimum dengan radius 150 meter)
O.    15.Dapat naik dengan elevasi hingga 12%, sedangkan HRT maxiumum 1%. Oleh sebab itu stasiun LRT sering berada di atas jembatan layang.
P.      16.Biaya pembangunan dan operasi sangat murah dibandingkan dengan HRT
Q.    17.Tipe 1:Berbaur dengan lalu-lintas kota dan panjang satu set (2 kereta); Tipe 2:Dengan berbagai   lintasan (surface, elevated, dan sub-way) dan panjang dua set (4 kereta);Tipe 3:
Seperti HRT dengan lintasan khusus terpisah berikut sinyalnya, dan panjang 2 set hingga 4 set (bisa 4 hingga 8 kereta).
R.     18.Namun LRT mampu mengangkut 80.000 penumpang per jam, bandingkan dengan HRT 140.000 penumpang per jam, monorel 40.000 penumpang per jam, sedangkan busway hanya 25.000 penumpang per jam.

2.3 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG LIGHT RAIL           TRANSIT (LRT) DI INDONESIA.
Light Rail Transit sebagai angkutan massal yang masih dalam tahap perencanaan dan pembangunan di Indonesia, dalam pelaksanaannya berpedoman pada peraturan perundangan yang ada. Namun belum ada peraturan yang mengatur khusus tentang pelaksanaan dan pedoman dalam penyelenggaraan LRT, hanya saja ada beberapa peraturan yang dijadikan pedoman dalam proses perencanaan dan pembangunannya, antara lain:
1.Keputusan gubernur propinsi daerah khusus ibukota jakarta nomor 84 tahun 2004 tentang penetapan pola transportasi makro di propinsi daerah khusus ibukota Jakarta.
 dalam pasal 3 Bab III disebutkan bahwasanya akan ada penambahan jaringan jalan Primer,   Bus Priority, Light Rail Transit (LRT) dan Mass Rapid Transit (MRT) untuk meningkatkan pelayanan dan penyediaan jasa transportasi yang terpadu, tertib, lancar, aman, nyaman dan efisien. Tujuan penetapan Pola Transportasi Makro adalah untuk menetapkan Rencana Induk Sistem Jaringan Transportasi di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2. PERDA DKI Jakarta , tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2030.
 Pasal 21 ayat 3, menybutkan bahwasanya pengembangan jaringan angkutan massal berbasis rel meliputi jaringan Mass Rapid Transit (MRT), jaringan Light Rail Transit (LRT), jaringan Kereta Lingkar Dalam Kota, jaringan Kereta Komuter Jabodetabek,  jaringan Kereta menuju Bandara, jaringan lainnya.
3. Rencana Strategis Dinas Perhubungan DKI JAKARTA 2013-2017. 
Yang isinya tentang mewujudkan arahan pembangunan di bidang transportasi sesuai arahan RTRW DKI Jakarta tahun 2010 (saat ini telah terdapat draft RTRW DKI Jakarta tahun 2030). Terdapat tiga pilar utama yang direkomendasikan PTM untuk mengatasi masalah transportasi DKI Jakarta yaitu pengembangan angkutan massal, manajemen lalu lintas dan peningkatan kapasitas dan sistem jaringan jalan.


2.4 PERMASALAHAN DALAM PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN LRT DI  
      INDONESIA.
Untuk menerapkan sistem LRT di Indonesia membutuhkan banyak pertimbangan yang matang sebelumnya, seperti:
1.      Dibutuhkan Perencanaan Tata Ruang Kota, perencanaan tata ruang kota sangat penting karena terkait dengan optimalisasi daerah yang perlu dibangun dan dilalui oleh LRT, terkait dengan demand dan lahan yang tersedia. Selain itu, diperlukan adanya perencanaan untuk pengembangan dari LRT itu sendiri ke depannya. Pengembangan dilakukan dengan penambahan jalur ataupun perubahan dari jalur itu sendiri sehingga diharapkan akan lebih baik lagi untuk sistem transportasi LRT. 2.
2.      Dibutuhkan investasi yang tidak sedikit, biaya per kilometer LRT sangatlah tinggi, dengan biaya per kilometer yang 5x lebih mahal daripada Bus Rapid Transit (BRT) maka diperlukan pertimbangan biaya pembangunan yang tinggi, selain dari revenue yang didapatkan dari LRT itu sendiri. Dikhawatirkan dengan biaya pembangunan yang tinggi dan dana didapat dari pinjaman pada lembaga tertentu, sehingga mengakibatkan tarif yang tinggi dan akhirnya sepi dari pengguna LRT. 3.
3.      Memberikan pelayanan yang terbaik, biaya investasi yang mahal kalau tidak didukung pelayanan yang baik maka akan menjadi sia-sia. Contoh di Singapura yang memiliki scheduling yang tepat waktu dan frekuensi yang tinggi memberikan kenyamanan tersendiri untuk pengguna LRT. Permasalahan angkutan umum di Indonesia, selain LRT, adalah belum adanya ketepatan jadwal. Bahkan untuk Heavy Train pun seringkali terdapat keterlambatan yang memakan waktu berjam-jam.






  2.5 PENERAPAN LRT SISTEM DI SELURUH DUNIA:
                                         Berkas:Shanghai Light Rail Transit.jpg
                                            Shanghai Metrotransit station,China

                                          https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e3/MetroRail.jpg
A METRO light-rail train approaching Preston Station in downtown Houston,Texas, Amerika Serikat.

                                          Berkas:LYNX Car 104 at TremontStation.jpg 
A LYNX light rail train from Charlotte,North Carolina,Amerika Serikat.
                                        Berkas:Nottingham-express-transit.jpg
                                         A NET tram inNottingham city centre

                                       Berkas:DART rail.jpg
      A DART Light Rail train operating in downtown Dallas,Texas, Amerika Serikat.

                                      Berkas:Adelaide Flexity.jpg
New Flexity Classictram in service on Glenelg line in Adelaide, South Australia.


                                     Berkas:Hudson bergen exchange place.jpg
Hudson-Bergen Light Rail trains at the Exchange Place stop in Jersey City

                                           Berkas:TRAX train downtown.jpg
                                 UTA TRAX train inDowntown Salt Lake City

                                   Berkas:PortlandTriMetMAX.jpg
                                        Portland, Oregon'sMAX Light Rail.

BAB III
PENUTUP

 3.1 Kesimpulan
        A. Light Rail Transit merupakan salah satu angkutan berbasis kereta api modern dengan tenaga listrik dan berbeda pada kereta pada umumnya dengan kecepatan dan bobot orang yang banyak.
        B.  LRT dengan laju yang sangat cepat 2 kali dari kereta pada umumnya juga dapat mengatasi macet dan menjadi waktu yang efisien dan efektif.
        C. Dan pastinya jika di Indonesia diluncurkannya LRT maka ada perencanaan khusus seperti di undang-undang perencanaan dan pembangunan,serta peraturan daerah,khususnya di DKI Jakarta.
3.2 Saran
         1. Dibutuhkan anggaran-anggaran dana seperti dari investasi atau saham yang bias dijadikan modal untuk membangun LRT.
         2.Dibutuhkan Perencanaan Tata Ruang Kota yang baik otomatis akan mendukung warga Jakarta di wilayah,integrasi antar moda,dan serta membuat SOP agar selama perjalanan aman dan nyaman.
        3. Dan yang terakhir tetap yaitu adanya peraturan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan LRT sebelum di resmikan dan diluncurkan,agar untuk terciptanya transportasi LRT dengan berkualitas namun tetap terjaga baik dan benar.




DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar